View My Stats

Jumat, 27 Januari 2012

info snmptn 2012

SELAMAT DATANG DI LAMAN RESMI SNMPTN 2012
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pola Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pola penerimaan mahasiswa baru program sarjana pada perguruan tinggi melalui pola seleksi secara nasional dilakukan oleh seluruh perguruan tinggi negeri secara bersama untuk diikuti oleh calon mahasiswa dari seluruhIndonesia.
Berdasarkan hasil rapat Pengurus Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia di Jakarta pada tanggal 14 Oktober 2011, para Rektor Perguruan Tinggi Negeri di bawah koordinasi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional menyelenggarakan seleksi calon mahasiswa baru secara nasional dalam bentuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). SNMPTN 2012 merupakan satu-satunya pola seleksi yang dilaksanakan secara bersama oleh seluruh Perguruan Tinggi Negeri dalam satu sistem yang terpadu dan diselenggarakan secara serentak. SNMPTN 2012 dilaksanakan melalui (1) jalur undangan berdasarkan penjaringan prestasi akademik, dan(2) jalur ujian tertulis dan keterampilan. Sejalan  dengan program Pemerintah tentang Bidikmisi, bagi calon yang dinyatakan diterima melalui  masing-masing jalur seleksi dapat mengajukan permohonan memperoleh beasiswa Bidikmisi sehingga mendukung keberlanjutan studinya.
Informasi ini menyajikan ketentuan umum SNMPTN 2012 yang terdiri dari dua bagian, yaitu: Bagian 1 (satu) tentang Jalur Undangan dan Bagian 2 (dua) tentang Jalur Ujian Tertulis dan Keterampilan. Informasi yang disajikan meliputi persyaratan, cara pendaftaran, jenis ujian, jadwal, biaya, dan kelompok Program Studi, baik Kelompok IPA maupun IPS, dari 61 Perguruan Tinggi Negeri. Informasi ini diterbitkan untuk dipergunakan dan dicermati secara seksama oleh calon peserta yang akan mengikuti SNMPTN 2012 sehingga calon peserta dapat mempersiapkan diri dalam memilih Program Studi yang dikehendaki dan dapat menjadi panduan awal untuk mengikuti proses seleksi SNMPTN dengan baik.
Secara rinci informasi tentang tata cara pendaftaran dan pelaksanaan SNMPTN akan dimuat dalam Buku Panduan Peserta SNMPTN 2012 yang dapat diakses di laman (website) resmi http://www.snmptn.ac.id. Mudah-mudahan Informasi ini bermanfaat bagi persiapan peserta untuk mengikuti SNMPTN.

contoh skripsi



 





PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN FASILITAS PRAKTEK TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA KOMPETENSI DASAR PERALATAN KANTOR PADA SISWA KELAS X SMK N 9 SEMARANG

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagasi salah satu syarat
Untuk menyusun skripsi pada jurusan Pendidikan Ekonomi

Oleh :
Zaenur Rohman
7101409150



JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011


LEMBAR PENGESAHAAN

Proposal skripsi dengan Judul Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru dan Fasilitas Praktek Terhadap Prestasi Belajar Pada Kompetensi Dasar Peralatan Kantor Pada Siswa Kelas X SMK N 9 Semarang

Telah disetujui dan disahkan pada
            Hari                 : Senin
            Tanggal           : 19 Desember 2011
                                                                                      Yang mengajukan,


                                                                                       Zaenur Rohman                                                                                                                      7101409150
Menyetujui,
Pembimbing I                                                                          Pembimbing II


Nina Oktarina , S.Pd , M.Pd                                           Dr. Partono Thomas , M.S .
NIP. 197810072003122002                                           NIP. 195212191982031002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi


Dra. Nanik Suryani , M.Pd .
NIP. 195604211985032001





DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS EKONOMI

 

1.      JUDUL

Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru dan Fasilitas Praktek Terhadap Prestasi Belajar Pada Kompetensi Dasar Peralatan Kantor Pada Siswa Kelas X SMK N 9 Semarang.

2.      LATAR BELAKANG MASALAH
Keberhasilan siswa dalam belajar menjadi tujuan utama dalam pendidikan. Siswa diharapkan benar-benar menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Namun, siswa tidak cukup hanya menguasai ilmu saja melainkan diharapkan bisa mengaplikasikan baik itu dalam kehidupan maupun untuk persiapan pada bidang pekerjaan di waktu yang akan datang. Untuk mewujudkan keberhasilan tersebut diperlukan suatu keahlian seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran atau yang dikenal dengan kompetensi guru. Seorang guru harus memahami karakter siswa dan mata pelajaran yang ia ampu. Apakah dengan kompetensi yang dimiliki dapat membuat siswa belajar dengan nyaman dan apakah mata pelajaran yang diambil merupakan mata pelajaran yang bersifat konsep atau praktek. Seorang guru harus bisa menyesuaikan dengan baik agar prestasi belajar siswa baik.
Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Permendiknas No. 16,  2007). Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung. Kompetensi pedagogik misalnya tentang pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar.
Pada penelitian ini penulis akan menggunakan variabel bebas yaitu kompetensi pedagogik dan fasilitas praktek. Sedangakan untuk variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa mata diklat Administrasi Perkantoran di SMK N 9 Semarang.
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran kompetensi dasar peralatan kantor di SMK N 9 Semarang bahwa masih banyak siswa yang nilainya di bawah standar minium. Sekitar 40% siswa masih memiliki kompetensi yang rendah yang ditunjukkan dengan nilai UTS, UAS, dan nilai praktek yang masih rendah. Berikut data hasil wawancara dengan guru tentang nilai Ulangan Akhir Semester Genap kelas X SMK N 9 Semarang :
NILAI ULANGAN AKHIR SEMESTER KELAS X KOMPETENSI DASAR PERALATAN KANTOR SMK N 9 SEMARANG
No.
NAMA SISWA
NILAI
STANDAR KETUNTASAN
KETERANGAN
1.
Amalia Anjani
80
65
TUNTAS
2.
Rina Wati
70
65
TUNTAS
3.
Sumiyati
75
65
TUNTAS
4.
Andika Budi
51
65
TIDAK TUNTAS
5.
Astin Auliana
60
65
TIDAK TUNTAS
6.
Nur Jannah
55
65
TIDAK TUNTAS
7.
Jamaluddin
58
65
TIDAK TUNTAS
8.
Cici Lestari
73
65
TUNTAS
9.
Anna Maulida
67
65
TUNTAS
10.
Ramdan Rohman
65
65
TUNTAS
11.
Mariska Sularti
63
65
TIDAK TUNTAS
12.
Joko Subroto
77
65
TUNTAS
13.
Wahyu Hartono
85
65
TUNTAS
14.
Andre Prasetyo
53
65
TIDAK TUNTAS
15.
Sulistyo Andri
82
65
TUNTAS
16.
Wahyudin
50
65
TIDAK TUNTAS
17.
Andin Subekti
79
65
TUNTAS
18.
Indah Purnamasari
87
65
TUNTAS
19.
Putri Kencanawati
62
65
TIDAK TUNTAS
20.
Elis Setyowati
60
65
TIDAK TUNTAS
21.
Tuti Pangestika
90
65
TUNTAS
22.
Novi Mihartini
78
65
TUNTAS
23.
Nurul Kholilah
80
65
TUNTAS
24.
Eni Maryati
59
65
TIDAK TUNTAS
25.
Lia Muryowati
       75
65
TUNTAS
26.
Haryono Sumarno
62
65
TIDAK TUNTAS
27.
Eka Puji Lestari
80
65
TUNTAS
28.
Amalia Sukarni
72
65
TUNTAS
29.
Tono Maryono
58
65
TIDAK TUNTAS
30.
Puri Andri
83
65
TUNTAS
31.
Wiwit Anjarini
70
65
TUNTAS
32.
Dinda Dyahsari
57
65
TIDAK TUNTAS
33.
Ela Kusumawati
74
65
TUNTAS
34.
Anjar Mularno
63
65
TIDAK TUNTAS
35.
Fadhila Jamal
75
65
TUNTAS
Data di atas menunjukkan bahwa dari 35 siswa, yang nilainya masih di bawah standar ketuntasan ada 14 siswa atau sekitar 40%. Nilai terendah adalah 51 sedangakan nilai tertinggi adalah 90. Ini berarti bahwa pemahaman siswa belum yang belum merata dalam mempelajari materi kompetensi dasar peralatan kantor. Sedangkan untuk nilai rata-ratanya adalah sebesar 69,38 yang tergolong masih kecil. Ini adalah masalah yang cukup besar yang harus segera mendapat penanganan yang tepat dari guru dan pihak sekolah.
Selain itu, fasilitas praktek yang berupa alat-alat praktek di ruang praktek setelah kami amati ternyata masih ada beberapa mesin praktek yang rusak seperti mesin fotocopy, faximile, alat pelubang kertas, dan komputer.
Penulis menduga rendahnya kompetensi itu diakibatkan karena kompetensi pedagogik guru yang kurang tepat dan fasilitas praktek yang belum lengkap atau belum sepenuhnya dipahami oleh siswa.
Kompetensi pedagogik guru dan fasilitas praktek menjadi hal yang penting untuk ditelusuri apakah mempunyai pengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar siswa atau tidak. Fasilitas praktek meliputi semua peralatan praktek perkantoran yang digunakan dalam proses pembelajaran seperti mesin fotocopy, faximile, komputer, mesin stensil, mesin pelubang kertas, mesin penjepit kertas, dan lain sebagainya. Masing-masing sekolah mempunyai tingkat fasilitas praktek  yang berbeda. Sekolah yang bertaraf Internasional mempunyai fasilitas yang jauh lebih baik daripada sekolah pada umumnya. Semua fasilitas yang dimiliki lengkap dan mempunyai kualitas yang prima. Sangat berbeda dengan sekolah yang berada di daerah pedalaman. Rata-rata sekolah ini menggunakan fasilitas praktek seadanya yang mengakibatkan prestasi belajar yang jauh berbeda dengan prestasi siswa- siswi di SBI.
Untuk mengetahui dan membandingkan prestasi belajar siswa dengan prestasi belajar sebelumnya, maka saya akan mencoba melakukan penelitian tentang “pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas praktek terhadap prestasi belajar pada kompetensi dasar peralatan kantor pada siswa kelas X SMK N 9 Semarang”.
3.      RUMUSAN MASALAH

1.      Apakah ada pengaruh antara kompetensi pedagogik guru terhadap prestasi belajar pada kompetensi dasar peralatan kantor pada siswa kelas X SMK N 9 Semarang?
2.      Apakah ada pengaruh antara fasilitas praktek terhadap prestasi belajar pada kompetensi dasar peralatan kantor pada siswa kelas X SMK N 9 Semarang?
                                                                                                      
3.      Apakah ada pengaruh antara kompetensi pedagogik guru dan fasilitas praktek terhadap prestasi belajar pada kompetensi dasar peralatan kantor pada siswa kelas X SMK N 9 Semarang?

4.      TUJUAN PENELITIAN
1.      Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara kompetensi pedagogik guru  terhadap prestasi belajar pada kompetensi dasar peralatan kantor pada siswa kelas X SMK N 9 Semarang.
2.      Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara fasilitas praktek terhadap prestasi belajar pada kompetensi dasar peralatan kantor pada siswa kelas X SMK N 9 Semarang.
3.      Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara kompetensi pedagogik guru dan fasilitas praktek terhadap prestasi belajar pada kompetensi dasar peralatan kantor pada siswa kelas X SMK N 9 Semarang.

5.      MANFAAT PENELITIAN

1.      Manfaat Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan bisa digunakan oleh guru pada umumnya dan guru SMK N 9 Semarang pada khususnya untuk menambah informasi tentang pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas praktek terhadap prestasi belajar pada mata dilkat peralatan kantor yang pada akhirnya guru akan memperhatikan cara mengajarnya agar prestasi belajar siswa selalu baik. Semoga penelitian ini bisa dijadikan pedoman oleh para guru untuk diterapkan pada proses belajar mengajar di SMK N 9 Semarang. Selain itu, semoga penelitian ini juga bermanfaat bagi sekolah pada umumnya dan SMK N 9 Semarang pada khususnya agar memperhatikan fasilitas praktek dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa.

2.      Manfaat Bagi Pembaca
Semoga dengan penelitian ini para pembaca akan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas praktek terhadap prestasi belajar siswa. Informasi ini selanjutnya akan digunakan untuk bahan referensi atau bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya tentang kompetensi pedagogik guru dan fasilitas praktek.
3.      Manfaat Bagi Penulis
Manfaat penelitian ini bagi penulis yaitu untuk mengembangkan ide dan pemikirannya untuk meneliti dan menganalisis kompetensi pedagogik guru dan fasilitas praktek yang ada di SMK N 9 Semarang. Melalui penelitian ini penulis akan banyak mendapatkan pengalaman tentang bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa dengan kompeensi pedagogik guru. Penulis juga akan mendapatkan keterampilan dalam mengajar dengan memperhatikan kompetensi pedagogik melalui pengamatan langsung terhadap guru yang sedang mengajar pada mata diklat peralatan kantor sehingga jiwa untuk mengajar penulis akan bertambah. Selain itu, penulis akan mengetahui seberapa penting fasilitas praktek bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.












6. LANDASAN TEORI
A. BELAJAR
            1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000: 143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri; 1999:72) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
 (Djamarah, Syaiful Bahri; 1999:72) Belajar adalah  serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Belajar dapat dilakukan oleh setiap individu di mana saja dan kapan saja dimana perkembangan sejalan dengan pertumbahan usia. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan individu yang bersifat permanen yang dihasilkan dari pengalaman-pengalaman tetapi bukan seperti kelelahan, kena obat, penyakit dan perubahan jasmani. Perubahan individu yang dimaksud perubahan tingkah laku yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap yang berinteraksi dengan lingkungan.
Belajar dikatakan efektif jika siswa mampu menggunakan kemampuannya untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna misalnya mengambil keputusan, melakukan penelitian, pemecahan masalah, bahkan dapat menemukan konsep-konsep baru bukan sekadar membuktikan yang telah ada.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang (Moh. Surya, 198: 32).
Belajar dalam arti mengubah tingkah laku, akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran  (Hamalik 2002: 57). Dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik.
Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya.hli
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.


2. Prinsip-Prinsip Belajar
Sebagai aktivitas yang kompleks dan bertujuan, kegiatan belajar mempunyai sejumlah dasar yang harus dipatuhi agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada beberapa prinsip belajar yang harus diperhatikan yaitu (Dimyati dan Mudjiono, 1994: 40-47):
1.      Perhatian dan motivasi, perhatian terhadap pelajaran bagi siswa akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya, apabila perhatian alami tidak muncul siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
2.      Keaktifan, menurut teori kognitif belajar menunjukkan jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.
3.      Keterlibatan langsung/pengalaman, siswa dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah  keterlibatan mental emosional, kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan.
4.      Pengulangan, belajar merupakan pembentukan hubungan stimulus dan respon serta pengulangan terhadap pengalaman yang menimbulkannya respon benar.
5.      Tantangan, bahwa kebenaran siswa dalam situasi belajar berada dalam layanan psikologis. Dalam arti situasi belajar siswa menghadapi tujuan yang ingin dicapai tetapi muncul hambatan dalam mempelajari bahan dalam belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dalam mempelajarinya.
6.      Balikan dan penguatan, siswa akan bersemangat dalam belajar apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
7.      Perbedaan individu, siswa merupakan individu yang unik artinya tidak ada 2 orang siswa yang sama persis, tiap siswa mempunyai perbedaan satu dengan yang lain yang berupa karakteristik psikis, kepribadian dan sebagainya.



3.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung pada bermacam-macam faktor  yaitu :
1.      Faktor yang berasal dari luar individu (ekstern) digolongkan menjadi 2 yaitu :
a.       Faktor-faktor non sosial dalam belajar
Faktor-faktor ini meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang ataupun malam), tempat, dan alat-alat yang dipakai dalam belajar.
b.      Faktor-Faktor sosial dalam belajar
Faktor sosial dalam belajar adalah faktor sesama manusia yang berupa kehadiran manusia dalam belajarnya. Kehadiran orang pada waktu seseorang sedang belajar, akan mengganggu belajarnya misalnya pada saat satu kelas sedang mengerjakan ujian lalu terdengar anak lain bercakap-cakap di samping kelas dan sebagainya.
2.      Faktor yang berasal dari dalam individu (Intern) juga dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a.       Faktor-faktor fisiologis
Faktor fisiologis dibagi menjadi 2 yaitu
                                                                                                       I.            Tonus Jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang lelah.
                                                                                                    II.            Keadaan fungsi jasmani tertentu terutama fungsi alat indera
Fungsi baiknya panca indera merupakan syarat dapatnya belajar berlangsung dengan baik. Oleh karena itu menjadi kewajiban bagi setiap pendidik untuk menjaga agar panca indera anak didiknya dapat berfungsi dengan baik baik penjagaan yang bersifat kuratif maupun prefentif.
b.      Faktor-faktor Psikologis
Faktor pendorong yang besar terhadap belajar siswa biasannya adalah cita-cita. Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, sehingga dorongan tersebut mampu memobilitasi energi psikis untuk belajar.
Sesuai dengan teori tentang belajar di atas yang meliputi pengertian belajar, prinsip-prinsip dasar belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, maka di dalam proposal ini penerapannya adalah dengan belajar siswa yang tadinya tidak mengetahui tentang peralatan kantor menjadi tahu dan bisa menggunakan peralatan tersebut sesuai dengan fungsinya. Siswa juga mengalami perubahan tingkah laku menjadi siswa yang mandiri dan mampu menggunakan peralatan kantor dengan baik.
Penerapan faktor-faktor non sosial dalam belajar sangat berkaitan dengan penggunaan fasilitas praktek karena faktor-faktor non sosial meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang ataupun malam), tempat, dan alat-alat yang dipakai dalam belajar. Fasilitas praktek ini meliputi semua mesin dan alat yang digunakan dalam meninjang proses pembelajaran kompetensi peralatan kantor. Siswa diharapkan dengan alat-alat praktek yang tersedia dengan kualitas yang baik, lengkap, dan semua siswa mempunyai bagian yang sama maka akan diperoleh suatu peningkatan prestasi belajar pada siswa.
Sedangkan penerapan faktor-faktor soaial dalam belajar di dalam proposal ini adalah hubungannya dengan kompetensi pedagogik guru yang berupa pendekatan, pemahaman kepada peserta didik. Kehadiran seorang guru dalam belajar siswa akan sangat penentukan keberhasilan siswa. Hal ini karena gurulah yang menguasai materi pembelajaran dan guru adalah sosok yang sangat dibutuhkan oleh siswa dalam membantu belajarnya. Melalui hubungan sosial yang baik antara guru dengan siswa maka akan memudahkan siswa dalam berinteraksi dengan guru terutama dalam hal penyelesaian masalah belajar siswa. Siswa tidak malu bertanya tentang kesulitan belajarnya, guru mau memberikan solusi yang tepat sesuai dengan karakteristik siswanya. Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif tentu gurulah yang bisa mengatur melalui kompetensi pedagogiknya di mana guru membuat aturan dalam pembelajaran, guru mengatur ruang kelas, guru mengatur semua aktivitas siswa dalam menggunakan fasilitas praktek sehingga semua aktivitas siswa terarah. Kemudian seorang guru dalam proses mengajarnya harus menerapkan prinsip-prinsip belajar agar tujuan pembelajaran bisa tercapai yaitu output berupa siswa yang berkompeten, mempunyai keterampilan yang bagus, berakhlak mulia, cerdas, dan mandiri.
B. KOMPETENSI PEDAGOGIK
            1. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan keterampilan dan perilaku tugas yang harus dimiliki seorang guru. Setelah dimiliki, tentu harus dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan di dalam kelas yang disebut sebagai pengajaran (Permendiknas No. 16,  2007). Kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik (pendidikan), kepribdian, sosial dan profesional sebagai tuntutan dari profesi.  
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengolahan pembelajaran untuk kepentingan peserta didik. Paling tidak harus meliputi pemahaman wawasan atau landasan kepemimpinan dan pemahaman terhadap peserta didik (Permendiknas No. 16,  2007).  
Selain itu, kompetensi pedagogik juga meliputi kemampuan dalam pengembangan kurikulum dan silabus. Termasuk perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi akhir belajar dan pengembangan peserta didik di dalamnya. Ini semua dimaksudkan demi mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki guru, sekali lagi untuk kepentingan pencapaian tujuan pembelajaran.
Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Prestasi belajar seorang siswa, ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seorang siswa yaitu kemampuan guru (profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran atau dikenal dengan istilah kompetensi pedagogik, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
            2. Pemahaman Tentang Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU No. 14, 2005). Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan sehingga pada akhirnya berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan proses belajar mengajar yang efektif, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, pengelolaan kelas, penggunaan metoda mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru harus mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan  kepada  peserta didik  sehingga  ia mau belajar karena memang peserta didiklah subjek utama dalam belajar.  Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Kompetensi pedagogik guru mata pelajaran terdiri atas 37 buah kompetensi yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti seperti disajikan berikut ini (Permendiknas No16, 2007):
a)      Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
b)       Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c)      Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
d)      Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
e)      Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
f)       Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
g)       Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h)      Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
i)        Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
j)        Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

             Namun semuanya tidak dapat menjamin pendidikan yang baik jika guru tidak dapat mengajar dengan baik. Dengan demikian guru adalah kunci keberhasilan dari pendidikan yang baik. Guru yang kompeten dapat menjalankan kurikulum meskipun kekurangan sumber maupun alat bantu. Guru yang kompeten dapat mengatasi kekurangan-kekurangan. Guru yang tidak kompeten tidak akan berhasil meskipun segala sesuatu sudah tersedia.

             Kepada guru perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa penguasaan terhadap materi perkembangan peserta didik, teori-teori belajar, pengembangan kurikulum, teknik evaluasi, penguasaan terhadap model-model dan metode pengajaran, adalah perlu, di samping penguasaan terhadap mata pelajaran dan iptek yang berkaitan dengan pengajaran. Dengan kesadaran bahwa kompetensi ini belum dikuasai secara maksimal, maka seorang guru harus berinisiatif untuk terus menerus mencari informasi hal-hal yang disebutkan di atas, serta memperbaharui dirinya melalui penyegaran dengan mengikuti berbagai forum ilmiah.

            Pelaksanaan kegiatan MGMP adalah salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam rangka menyikapi kurangnya penguasaan terhadap kompetensi pedagogik ini. MGMP tidak hanya sekedar lembaga musyawarah, tetapi dapat dijadikan forum ilmiah sesama guru atau nara sumber serta dapat pula dijadikan lembaga supervisi teman sejawat. Kegiatan lain yang harus dilakukan oleh ‘guru’ zaman sekarang adalah aktif berselancar di dunia maya. Banyak situs serta mailing list tempat memperoleh dan berbagi informasi yang berkaitan dengan persoalan-persoalan pengajaran ataupun penguasaan bidang studinya.
           3. Jenis-Jenis Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari empat kompetensi utama yang harus dimiliki seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru saat melaksanakan profesinya. Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Selain itu kemampuan pedagogik juga ditunjukkan dalam membantu, membimbing dan memimpin peserta didik. Kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi (Peraturan Pemerintah Tentang Guru):
a.       Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi pemerintah.

b.      Pemahaman terhadap peserta didik                                                                 
Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.
Suatu sistem pendidikan dikatakan bermutu jika proses belajar mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu diperlukan pendidikan yang bermuu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan program program yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan pendidikan yang optimal diharapkan akan dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan eknologi yang terus berkembang.
Dengan adanya kreativitas yang diimplemenasikan dalam sistem pembelajaran, peserta didik nantinya diharapkan akan dapat menemukan ide-ide yang berbeda dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga ide-ide kaya yang progresif dan divergen pada nantinya dapat bersaing dalam kompetisi global yang selalu berubah. Perkembangan anak didik yang baik adalah perubahan kualitas yang seimbang baik fisik maupun mental. Tidak ada satu aspek dalam diri anak didik yang dinilai lebih penting dari yang lainnya.
Penyelenggaraan pendidikan saat ini harus diupayakan untuk memberikan pelayanan khusus kepada peserta didik yang mempunyai kreativitas dan juga keberbakatan yang berbeda agar tujuan pendidikan dapat diarahkan menjadi lebih baik. Akar kata dari pendidikan adalah “didik” atau “ mendidik” yang secara harfiah diartikan memelihara dan memberi latihan. Sedangkan pendidikan merupakan tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang melalui upaya pelatihan dan pengajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan tidak dapat lepas dari pengajaran. Kegiatan dari pengajaran ini melibatkan peserta didik sebagai penerima bahan ajar dengan maksud akhir agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
c.       Pengembangan kurikulum/silabus  
Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
d.      Perancangan pembelajaran
Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memamfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.
e.       Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.
Peserta didik tidak terbiasa terlibat aktif dalam proses belajar di kelas dan sangat pasif. Gurupun kurang memahami bagaimana caranya agar peserta didik mengalami proses belajar yang optimal. Peserta didik kurang dilatih tentang cara-cara efektif untuk memperoleh pengetahuan, menguasainya, mengolah dan mengembangkan pengetahuan, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, pemahaman pengetahuan mereka sangat minim, belajar menjadi tidak bermakna.
                                                                                                 
Kurikulum yang sarat dengan berbagai materi pelajaran tidak akan dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk mengaktifkan peserta didik dalam belajar. Guru merasa terbebani untuk menyelesaikan materi pelajaran yang sudah ditetapkan dalam kurukulum untuk diselesaikan pada waktu yang sudah ditentukan. Akibatnya, materi pelajaran yang diajarkan di kelas terasa asing dan terpisah dari kehidupan nyata peserta didik. Pembelajaran menjadi tidak kontekstual, kurang menyentuh kehidupan sosio-kultural yang melatari peserta didik. Mereka dipaksa untuk menerima materi-materi pelajaran yang sudah diprogramkan oleh sekolah walaupun kurang sesuai dengan minatnya. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru kurang memperhatikan karakteristik masing-masing peserta didik. Ciri-ciri kepribadiannya tidak dijadikan pijakan dalam pembelajaran, dan pembelajaran cenderung diseragamkan. Akibatnya, peserta didik mengalamai kesulitan memahami materi pelajaran, mereka merasa stress bahkan timbul kebencian terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Kondisi demikian sebagai penyebab rendahnya kualitas dan kuantitas proses serta hasil belajar yang telah diprogramkan.

Guru seharusnya menjadikan karakteristik peserta didik dan budayanya sebagai pijakan dalam mengembangkan program-program pembelajaran. Sebab, upaya apapun yang dipilih dan dilakukan oleh guru jika tidak bertumpu pada karakteristik perseorangan peserta didik sebagai subyek belajar, maka pembelajaran tidak akan ada maknanya. Karakteristik peserta didik dapat diidentifikasi sebagai faktor yang amat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar meliputi; kecerdasan, kemampuan awal, gaya kognitif, gaya belajar, motivasi, dan faktor budaya yang melatari sejarah hidupnya.
Informasi tentang tingkat perkembangan kecerdasan siswa amat diperlukan sebagai pijakan dalam memilih komponen-komponen pembelajaran seperti; tujuan pembelajaran, materi, media, strategi pembelajaran dan evaluasi. Peserta didik yang berada pada tahap pemikiran operasional konkrit sudah memiliki kecakapan berpikir logis tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkrit, sehingga semua komponen pembelajaran perlu disesuaikan dengan kemampuan tersebut. Sebaliknya, mereka yang sudah berada pada tahap operasi formal sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Mereka sudah dapat berpikir ilmiah baik deduktif maupun induktif, serta mampu menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesis.

Komponen-komponen pembelajaran dapat diarahkan pada kemampuan tersebut. Informasi tentang kemampuan awal yang sudah dimiliki peserta didik amat diperlukan guru sebagai pijakan dalam mengorganisasi dan menyampaikan materi pelajaran. Bila guru mengajarkan materi pelajaran yang sudah dipahami peserta didik, maka pembelajaran tidak efektif, tidak efisien dan kurang memilki daya tarik. Peserta didik akan merasa bosan atau jenuh, sehingga suasana belajar menjadi terganggu. Sebaliknya, jika guru mengajarkan materi pelajaran di luar kemampuan peserta didik atau mereka belum menguasai pengetahuan prasyaratnya, maka mereka akan menjadi bingung, stress, dan sulit memahami materi pelajaran. Informasi mengenai kemampuan awal peserta didik ini juga diperlukan dalam mengembangkan sumber-sumber belajar. Penulisan buku teks atau bahan ajar misalnya, apakah perlu menggunakan pengetahuan analogi untuk memahami suatu konsep? Apakah diperlukan mnemonik atau jembatan keledai untuk menghapalkan suatu informasi? Atau, apakah diperlukan juga mengkaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan-pengetahuan tingkat yang lebih rendah, dan sebagainya.

Informasi mengenai gaya kognitif peserta didik bermanfaat untuk keperluan pembangunan teori-teori tentang pengembangan dan produksi bahan-bahan ajar, khususnya yang berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasi materi pembelajaran. Mereka yang bergaya kognitif field-independent lebih memiliki kemampuan untuk menstruktur atau mengorganisasi materi pelajaran secara mandiri.  Informasi mengenai gaya kognitif ini juga penting bagi penulisan bahan ajar khususnya agar dapat memberi petunjuk apakah dalam menyusun bahan ajar perlu disertai dengan kerangka isi atau advance organizer, atau epitome, atau skema yang memuat seluruh materi pelajaran.

Informasi mengenai motivasi belajar peserta didik akan sangat diperlukan oleh guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan strategi penyampaian materi pelajaran serta strategi pengelolaan motivasional. Sedangkan informasi mengenai gaya belajar peserta didik amat diperlukan oleh guru dalam mengembangkan strategi penyampaian materi pelajaran serta dalam mengembangkan sumber-sumber belajar. Produksi media pembelajaran misalnya, memerlukan informasi mengenai bagaimana kecenderungan peserta didik dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik dalam belajar. Dengan mengetahui kecenderungan tersebut, strategi dan media pembelajaran yang akan diproduksi dapat disesuaikan, sehingga mampu melayani masing-masing gaya belajar peserta didik.

Demikian pula dengan faktor sosial-budaya peserta didik, penting diketahui oleh guru untuk dijadikan pijakan dalam menyampaikan materi pembelajaran serta mengelola kegiatan pembelajaran. Informasi ini juga urgen bagi para pengembang sumber-sumber belajar, agar strategi dan media-media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran selaras dengan kondisi sosial budaya di mana peserta didik berada.
f.       Pemanfaatan teknologi pembelajaran
Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi.
g.      Evaluasi hasil belajar 
Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.
Berdasarkan teori-teori dan penjelasan tentang kompetensi pedagogik di atas yang meliputi pengertian kompetensi pedagogik, pemahaman tentang guru, dan jenis-jenis kompetensi pedagogik, implementasi di dalam proposal ini yaitu untuk dijadikan tolak ukur dalam mengukur kompetensi pedagogik guru pada kompetensi dasar peralatan kantor yang ada di SMK N 9 Semarang bahwa kompetensi pedagogik meliputi penguasaan terhadap materi perkembangan peserta didik, teori-teori belajar, pengembangan kurikulum, teknik evaluasi, penguasaan terhadap model-model dan metode pembelajaran. Apakah semua kompetensi pedagogik ini mempunyai pengaruh terhadap prastasi belajar siswa sehingga nantinya akan dijadikan indikator dalam penelitian.



C. FASILITAS PRAKTEK
1. Pengertian Fasilitas Praktek
Fasilitas  adalah sesuatu yang dapat membantu memudahkan pekerjaan, tugas dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 415).
 Fasilitas merupakan kemudahan, kelancaran, sarana atau sesuatu untuk memudahkan atau melancarkan pelaksanaan pembelajaran. Fasilitas adalah persyaratan yang meliputi keadaan sekeliling tempat belajar dan keadaan jasmani siswa atau anak didik. Fasilitas adalah segala sesuatu yang memudahkan anak didik di sekolah. Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan dalam rangka memperlancar kerja untuk mencapai suatu tujuan. Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan usaha dapat berupa benda-benda maupun uang. Lebih luas lagi tentang pengertian fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha. Adapun yang dapat memudahkan dan melancarkan usaha ini dapat berupa benda-benda maupun uang.  Jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana yang ada di sekolah.
Dari beberapa pendapat yang disampaikan oleh para ahli  mengenai pengertian fasilitas dapat dirumuskan bahwa fasilitas dalam dunia pendidikan berarti segala sesuatu yang bersifat fisik maupun material, yang dapat memudahkan terselenggaranya dalam proses belajar mengajar, misalnya dengan tersedianya tempat perlengkapan belajar di kelas, alat-alat peraga di kelas, buku pelajaran, perpustakaan, berbagai perlengkapan praktikum laboratorium dan segala sesuatu yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas praktek adalah semua fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan praktek yang meliputi alat-alat praktikum dan alat pendukung lainnya. Jadi untuk fasilitas praktek pada mata diklat peralatan kantor yaitu semua alat praktek seperti komputer, mesin fotocopy, alat pelubang kertas, faxilime, mesin stensil, dan lain sebagainya.

2. Macam-Macam Fasilitas Praktek Peralatan Kantor
Fasilitas praktek dalam kompetensi dasar peralatan kantor yaitu meliputi semua peralatan dan mesin yang digunakan dalam perkantoran. Fasilitas praktek dalam kompetensi dasar peralatan kantor dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu:
a.       Perabot kantor yaitu segala macam barang/benda kantor yang berfungsi sebagai penunjang terhadap pekerjaan kantor. Perabot kantor juga bisa diartikan segala macam peralatan yang berkaitan dengan tulis-menulis dan penyimpanan hasil kerja kantor. Istilah lain dari perabot kantor adalah perkakas kantor atau office furniture. Misalnya meja, kursi, lemari, rak dsb.
b.      Peralatan/perlengkapan kantor adalah barang-barang yang digunakan untuk menghasilkan suatu pekerjaan yang diharapkan di kantor. Misalnya kertas, amplop, pita mesin dsb.
Apabila dirinci peralatan/perlengkapan kantor dapat dibedakan menjadi:
a)      Barang yang habis pakai yaitu barang-barang kantor yang hanya dapat dipakai 1 kali atau tidak tahan lama. Misalnya kertas, amplop, tinta, karbon, klip/penjepit kertas dsb.
b)      Barang yang tidak habis pakai yaitu barang-barang kantor yang dapat di pakai berulang kali atau tahan lama. Misalnya penggaris, hecter/stepler, gunting dan sebagainya.
c.       Mesin-mesin kantor adalah segala macam mesin kantor yang digunakan untuk memproses pekerjaan kantor. Misalnya mesin tik, komputer, stensil, OHP, mesin foto copy dsb.
d.      Pesawat Kantor yaitu semua mesin kantor yang digunakan untuk mengadakan komunikasi baik di lingkungan sendiri maupun dengan pihak luar kantor. Misalnya intercom, telepon, fax, dsb.
  1. Interior kantor yaitu semua jenis barang/fasilitas yang berfungsi untuk menghias ruangan kantor sehingga tercipta ruangan yang serasi. Misalnya gambar, lampu, vas bunga, dsb.

3.      Pentingnya Fasilitas Praktek Dalam Mata Pelajaran Peralatan Kantor.
Fasilitas praktek merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Fasilitas praktek yang ada di sekolah sangat menentukan tingkat prestasi belajar siswa.
Mata pelajaran Peralatan Kantor sangat berkaitan dengan fasilitas-fasilitas praktek perkantoran yang meliputi komputer, mesin ketik manual, mesin foto copy, alat pelubang kertas, printer, mesin ketik elektronik, scanner, stensil.
Fasilitas praktek yang ada di SMK N 9 Semarang sangat menentukan prestasi belajar siswa. Fasilitas praktek yang lengkap akan memudahkan siswa-siswi SMK N 9 Semarang dalam dalam belajar. Fasilitas praktek yang utama yang harus ada yaitu komputer, mesin fotocopy, alat pelubang kertas, dan mesin ketik. Ini adalah alat-alat yang penting dalam program Administrasi Perkantoran.

D. PRESTASI BELAJAR
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Sedangkan prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi belajar adalah penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan oleh nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru (Tulus Tu’u, 2004: 75). Prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan sejauh mana  anak terhadap materi yang diterima. Prestasi belajar  adalah tingkat pengetahuan sejauh mana  anak terhadap materi yang diterima (Slameto, 2003:17).
            Prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut :
a.       Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
b.      Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai dari aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi.
c.       Prestasi belajar dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya (Tu’u, 2004: 75).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Merson U Sangalang dalam Tulus Tu’u menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang baik, antara lain (Tu’u, 2004: 78):
a.       Faktor kecerdasan
Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lain yang ada pada dirinya.
b.      Faktor bakat
Bakat-bakat yang dimiliki siswa apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan maka akan menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan.
c.       Faktor Intern
Fakor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi tiga aspek diantaranya :
a). Faktor Jasmaniah : Aspek-aspek yang mempengaruhi faktor jasmaniah antara lain : (1) Faktor kesehatan. (2) Cacat tubuh
b). Faktor Psikologis :
1)      Intelegensi
Faktor intelegensi sangat cukup menentukan dalam meningkatkan prestasi belajar. Intelegensi adalah termasuk faktor keturunan jadi masing-masing individu mempunyai tingkat intelegensi yang berbeda. Akan tetapi tingkat intelegensi belum sepenuhnya bisa meningkatkan prestasi belajar. Perlu adanya faktor-faktor lain yang bisa mendukung prestasi belajar.

2)      Perhatian
Siswa dalam belajar juga membutuhkan perhatian dari pihak-pihak lain seperti perhatian dari guru, teman, kepala sekolah, dan keluarga. Perhatian ini akan membuat siswa merasa diakui dan diperhatikan sehingga keberadaannya lebih dihargai. Apabila banyak perhatian dari berbagai pihak terutama berkaitan dengan masalah belajarnya, maka dengan sendirinya siswa akan merasa terbantu sekaligus termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Jiwa siswa akan lebih tenang karena banyak perhatian dari berbagai pihak.
3)      Minat
Untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar memang sulit. Padahal minat siswa dalam belajar sangat menentukan prestasi belajar siswa. Diperlukan suatu cara khusus dari berbagai pihak baik guru, teman, maupun keluarga untuk menumbuhkan minat belajar siswa.
4)      Bakat
Bakat adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa yang diperoleh dari pengalamannya baik itu bakat dalam berbicara, bakat dalam menulis, bakat dalam berfikir, bakat dalam menghitung dan lain-lain. Agar prestasi belajar optimal, seorang guru harus mengetahui bakat dari masing-masing siswa dan memberitahukan bakat tersebut kepada siswa yang bersangkutan agar siswa tahu dan mau mengembangkan bakat yang dimilikinya. 
5)      Kematangan
Kematangan adalah kondisi dimana jiwa siswa sudah dewasa dan sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Siswa yang mempunyai kematangan jiwa yang tinggi akan lebih mudah berkonsentrasi dalam belajar.
6)      Kesiapan
Kesiapan siswa dalam mengikuti mata pelajaran akan menentukan siswa untuk aktif dalam pembelajarannya. Siswa yang siap akan merasa lebih tenang dalam belajar dan merasa percaya diri untuk mengikuti proses belajar mengajar. Apabila siswa siap baik siap fisik, mental, materi pelajaran, dan skill maka prestasi belajar diharapkan akan meningkat.
c. Faktor kelelahan
Faktor kelelahan juga sangat menentukan prestasi belajar siswa. Diperlukan suatu penanganan khusus dari seorang guru melalui hiburan yang diselingi dalam proses pembelajarannya. Cerita-cerita yang berbau humoris akan membuat suasana menjadi menyenangkan dan sedikit membuat siswa mengurangi rasa lelahnya.

d. Faktor Ekstern
1)      Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.
2)      Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi : metode mengajar kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, sandar pelajaran, keadaan gedung, cara belajar dan penggunaan media pembelajaran.

3)      Faktor masyarakat
Masyarakat juga merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keadaan siswa dalam masyarakat : yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat yang kesemuanya mempengaruhi prestasi belajar siswa.
8.      KERANGKA BERPIKIR
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pendidikan. Tujuan pendidikan tergantung dari keberhasilan proses belajar mengajar. Namun, dalam proses belajar mengajar masih sering dijumpai masalah-masalah belajar siswa. Masalah itu datang dari kompetensi pedagogik guru yang kurang tepat untuk dijalankan maupun dari alat-alat prakek itu sendiri yang belum memadai.
Dalam mata pelajaran peralatan kantor masih sering dijumpai kendala-kendala siswa dalam belajar. Kendalanya adalah siswa belum sepenuhnya memahami tentang peralatan kantor. Siswa hanya mengetahui sekedar teori yang ia dapatkan pada kegiatan belajar formal di dalam kelas. Sementara pada saat di laboratorium peralatan kantor, siswa masih asing dengan alat-alat kantor. Dengan melihat kompetensi pedagogik guru, diharapkan siswa bisa lebih memahami tentang peralatan kantor. Hal ini disebabkan karena pada saat pembelajaran berlangsung siswa langsung dikenalkan dengan peralatan kantor yang ada di laboratorium. Seorang guru sambil menjelaskan juga sambil memperagakan di depan siswa kemudian ditirukan oleh semua siswa dengan alat kantornya masing-masing. Dengan kompetensi pedagogik ini diharapkan siswa akan lebih senang dan lebih interaktif dengan guru. Siswa yang belum paham dalam mempraktekkan peralatan kantor diharapkan mau bertanya kepada guru secara langsung. Siswa tidak takut untuk bertanya karena komunikasi lebih banyak daripada belajar secara teori di kelas yang cenderung menggunakan komunikasi searah yaitu ceramah dari guru.
Masalah fasilitas praktek pada mata pelajaran peralatan kantor juga masih sering banyak ditemui seperti misalnya banyak peralatan kantor yang sudah rusak dan perlu diperbaiki atau diganti. Kerusakan ini bisa disebabkan karena kurangnya perhatian dari pihak sekolah maupun dari sikap siswa yang kurang hati-hati dalam menggunakan dan memelihara peralatan kantor. Hal ini akan menghambat proses belajar mengajar di laboratorium yang nantinya kemungkinan bisa menurunkan prestasi belajar siswa SMK N 9 Semarang pada mata diklat Administrasi Perkantoran.
Dengan fasilitas praktek yang baik diharapkan siswa bisa meningkatkan prestasi belajarnya karena siswa bisa belajar dengan tenang dan guru bisa menjelaskan dengan baik. Situasi yang kondusif, menyenangkan, keadilan dalam mendapatkan peralatan kantor yang baik diharapkan akan membuat siswa semangat belajar yang berbuah pada prestasi belajar yang memuaskan.



PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN FASILITAS PRAKTEK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA KOMPETENSI DASAR PERALATAN KANTOR
DI SMK N 9 SEMARANG

 
 




Kerangka berpikirnya adalah sebagai berikut :
 










                                             
Rounded Rectangle: Fasilitas Praktek (X2)
Indikatornya :
1. Peralatan kantor seperti alat pelubang kertas, penjepit kertas, stepler
2. Mesin kantor seperti komputer, mesin fotocopy, OHP, mesin stensil
3. Pesawat kantor seperti intercom, telepon, faximile
 







9.      HIPOTESIS
Menurut (Arikunto, 2002:71) “hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho       :Tidak ada pengaruh antara kompetensi pedagogik guru dan fasilitas praktek terhadap prestasi belajar siswa SMK N 9 Semarang pada mata diklat peralatan kantor.
H1       : Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap prestasi belajar siswa SMK N 9 Semarang pada mata diklat peralatan kantor.
H2       : Ada pengaruh antara fasilitas praktek terhadap prestasi belajar siswa SMK N 9 Semarang pada mata diklat peralatan kantor.
H3       : Ada pengaruh antara kompetensi pedagogik guru dan fasilitas praktek terhadap prestasi belajar siswa SMK N 9 Semarang pada mata diklat peralatan kantor.










9. METODE PENELITIAN
A.  Penentuan Objek Penelitian
            1. Populasi Penelitian                           
Populasi  adalah keseluruhan subyek penelitian. Suharsimi menyatakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer , maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitian mutlak berupa penelitian populasi.
Di dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah semua siswa kelas X yang mengikuti mata diklat peralatan kantor program studi Administrasi Perkantoran SMK N 9 Semarang.
           2. Variabel Penelitian
           Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. Di dalam penelitian ada 2 macam variabel yaitu variabel bebas(independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas biasa diberi lambang (X) sedangkan variabel terikat biasa diberi lambang (Y).
            Di dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah :
a.       Variabel bebas (X) terdiri dari X1 (Kompetensi Pedagogik) dan X2 (Fasilitas Praktek)
Indikator dari Kompetensi Pedagogik (X1) yaitu :
1.      Kemampuan guru dalam mengelola kelas
2.      Kemampuan guru dalam menggunakan metode mengajar
3.      Kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran
4.      Kemampuan guru dalam pengembangan kurikulum dan silabus
5.      Kemampuan guru dalam mengevaluasi proses pembelajaran
6.      Sikap dan karakteristik guru terhadap siswa

Indikator dari Fasilitas Praktek (X2) yaitu :
1.      Peralatan kantor seperti alat pelubang kertas, penjepit kertas, stepler
2.      Mesin kantor seperti komputer, mesin fotocopy, OHP, mesin stensil
3.      Pesawat kantor seperti intercom, telepon, faximile
              

b.      Variabel terikat (Y) yaitu Prestasi Belajar siswa yang berupa kemampuan dalam menggunakan peralatan kantor dan nilai Ujian Akhir Semester.
           3. Teknik Pengumpulan Data
          Teknik pengumpulan data merupakan usaha untuk memperoleh data dengan teknik yang ditentukan oleh peneliti. Untuk mendapatkan data yang akurat diperlukan teknik pengumpulan data yang yang benar. Teknik pengumpulan data melalui angket atau kuesioner, dokumentasi, dan observasi.
a.        Angket atau Kuesioner
         Teknik pengumpulan data dengan Kuesioner yaitu menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Di dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup dimana siswa hanya memilih jawaban yang sudah tersedia jadi pertanyaannya sudah ada jawabannya. Siswa hanya diperintah untuk memilih jawaban sesuai dengan keyakinannya.
           Penyusunan angket menggunakan teknik pengukuran skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial tertentu. Setiap pertanyaan terdiri dari 5 alternatif jawaban, responden tinggal memilih salah satu jawaban dengan tanda ceklist (V) pada kolom yang telah disediakan dan setiap pilihan memiliki bobot nilai yang berbeda yaitu :
a)      Sangat Setuju (SS) diberi skor 5
b)      Setuju (S) diberi skor 4
c)      Kurang Setuju (KS) diberi skor 3
d)     Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
e)      Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

b.       Dokumentasi
          Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mencari data tentang hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dukumentasi yang bisa diambil di sekolah meliputi daftar nama siswa, jumlah siswa, daftar nilai ujian mid semester dan semesteran siswa kelas X mata diklat Peralatan Kantor SMK N 9 Semarang.
c.       Observasi
          Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata atau sering disebut pengamatan. Dalam penelitian, observasi bisa dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, maupun rekaman suara.
            Observasi dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.      Observasi non sistematis
Pada observasi ini, peneliti tidak memakai instrumen dalam mengumpulkan data. Peneliti mendapatkan data dengan mengamati keadaan yang sebenarnya.
2.      Observasi sistematis
Observasi ini memakai pedoman sebagai instrumen dalam penelitiannya. Instrumen berisi indikator-indikator dari variabel-variabel bebas.

           4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
                  a.  Validitas Instrumen
          Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Instrumen yang valid memiliki validitas yang tinggi. Begitu juga instrumen yang tidak valid berarti mempunyai validitas yang rendah.
            Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan menggunakan Rumus Product Moment.
       rxy    =                N ∑XY-(∑X)(∑Y)
                     {N∑
-(∑X)}{N∑-(∑Y) }   
Keterangan :
rxy     : Koefisien korelasi
∑X      : Jumlah skor item benar
∑Y      : Jumlah skor total
N         : Jumlah subyek yang diteliti
    : Jumlah kuadrat skor item yang benar
    : Jumlah kuadrat skor total
            Untuk mengetahui apakah instrumen valid atau tidak dapat diukur dengan :
a.       Korelasi dari item-item kuesioner harus kuat dengan peluang kesalahan maksimal 5% (α=0.05) atau taraf kepercayaan 95%.
b.      Korelasi harus memiliki nilai atau arah positif yaitu setelah dipilih harga rxy (r hitung) kemudian dibandingkan dengan r tabel product moment dengan taraf signifikan 5% atau α=0,05
Apabila rxy (r hitung) > (r tabel) berarti dapat diambil keputusan bahwa butir instrumen (item pertanyaan) valid.
                  b. Reliabilitas Instrumen
          Reliabilitas Instrumen digunakan untuk menguji suatu instrumen apakah instrumen itu cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data atau tidak. Untuk mendapatkan Instrumen yang reliabel, caranya yaitu dengan membandingkan r11 pada hasil perhitungan dengan SPSS for Windows release 12 dengan r tabel. Pada penelitian ini menggunakan uji reabilitas internal yaitu dilakukan dengan satu kali hasil pengetesan.
            Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha:
            R11 = [k/(k-1)][1-∑    /    ]
R11  : reliabilitas instrumen
K      : banyaknya soal
∑   : jumlah varian butir
     : varian soal
           Apabila r hitung> r tabel maka berarti instrumen reliabel dan angket tersebut dapat digunakan sebagai alat penelitian. Begitu juga sebaliknya apabila r hitung< r tabel maka instrumen tidak reliabel.
        5. Teknik Analisis Data
          Tujuan dari teknik analisi data adalah untuk menguji hipotesis yang nantinya akan dijadikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif persentase. Teknik ini bertujuan untuk mengetahui tingkat persentase skor jawaban dari masing-masing siswa yang diambil sampel dengan rumus :
                          DP (%) =  (n/N)(100%)
Keterangan :
DP  : Deskriptif Persentase
n     : nilai yang diperoleh
N    : Nilai total
% Tertinggi           = Skor maksimal  X 100%  = 5/5 X 100% =100%
                                             Skor ideal
% Terendah           = Skor minimal    X 100%  = 1/5 X 100% = 20%
                                              Skor i deal
Rentangan %       = 100%-20% = 80%
Kelas interval      = 5
Interval 80%:5% = 16%

Interval
Kriteria

X1
X2
85%-100%
Sangat Baik
Sangat Baik
69%-84%
Baik
Baik
53%-68%
Cukup Baik
Cukup Baik
37%-52%
Kurang Baik
Kurang Baik
20%-36%
Tidak Baik
Tidak Baik

         6. Uji Asumsi Klasik
          Sebelum menentukan persamaan atau model regresi, harus memenuhi uji asumsi klasik terlebih sahulu karena akan dijadikan sebagai alat prediksi.
a.        Uji Multikoloninieritas
          Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi korelasi atau hubungan antar variabel X. Untuk mengetahui atau mendeteksi apakah model multikol atau tidak bisa dilihat dari nilai Tolerance dan VIF ( Variance Inflation Factor). Apabila tolerance tidak kurang dari 10 % dan VIF tidak kurang dari 10%, maka tidak terjadi multikolonieritas.
b.       Uji Heteroskedastisitas
          Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi apakah terjadi heteroskedastisitas atau tidak yaitu dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (Zpred) dengan residu y (Sresid). Apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c.        Uji Normalitas
          Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel X dan Y memiliki distribusi normal/tidak. Model regresi dikatakan baik apabila distribusi normal atau mendekati normal. Dengan menggunakan SPSS, bisa dilihat dengan one sample kolmogoro smirnov test.
          7. Metode Analisis Regresi Linier Berganda
           Tujuan metode ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara X dan Y.
           Rumusnya adalah :
                              Y = a + b1X1 + b2X2
Keterangan :
Y     : Variabel terikat (Prestasi belajar)
a      : Bilangan konstanta
b1    : Koefisien regresi X1
b2    : Koefisien regresi X2
X1   : Variabel bebas (Kompetensi Pedagogik)
X2   : Variabel bebas (Fasilitas Praktek)

         8. Pengujian Hipotesis
                 a.  Uji Simultan (Uji F)
          Uji silultan bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas memiliki pengaruh yang sama terhadap variabel terikat yaitu memiliki alat bantu SPSS, dengan membandingkan nilai signifikan hitung dengan signifikan α = 5%. Apabila signifikansi hitung X1 dan X2 (Kompetensi Pedagogik dan Fasilitas Praktek)< α (5%), maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel variabel X1 dan X2 (Kompetensi Pedagogik dan Fasilitas Praktek) berpengaruh terhadap variabel Y (Prestasi Belajar).
                 b. Uji Parsial (Uji T)
          Uji parsial bertujuan untuk menguji kemaknaan koefisien parsial. Dengan menggunakan SPSS yaitu dengan cara membandingkan signifikansi masing-masing variabel X terhadap variabel Y dengan α = 5%. Apabila signifikansi hitung X1(Kompetensi Pedagogik) < α, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel X1 (Kompetensi Pedagogik) berpengaruh terhadap variabel Y (Prestasi Belajar). Begitu juga dengan variabel X2, apabila signifikansi hitung X2 (Fasilitas Praktek) < α, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel X2 (Fasilitas Praktek) berpengaruh terhadap variabel Y (Prestasi Belajar).
c.       Koefisien Determinasi ()
           Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Y). Nilai R antara 0 dan 1. Apabila nilai  kecil berarti kemampuan variabel-variabel X dalam menjelaskan variabel Y amat terbatas. Apabila nilai  mendekati 1 berarti variabel-variabel X memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel Y. Dalam menganalisis data penelitian digunakan SPSS.

















DAFTAR PUSTAKA

1.      Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:      Grasindo.

2.      Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

3.      Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.    

4.      Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 

5.      Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

6.      Dimyati.1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


7.      Surya, Moh. 1981. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV Ilmu.

8.      Undang-undang Guru dan Dosen. 2005. Jakarta: Sinar Grafika.


9.      Permendiknas Nomor 16. 2007. Kulifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

10.  Slavin,  R. E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon.

11.  Kamus Besar bahasa Indonesia. 2002

12.  Peraturan Pemerintah Tentang Guru